Kisah Cinta: Perempuan Hujan ini adalah cerpen kedua gue setelah Misteri Perjalanan Hidup: Cinta Sepasang Remaja yang gue nganggap alurnya masih lari-lari ga bisa ngebawa pembaca berasa ada dicerita. FYI, cerpen ini juga diposting di http://www.ilmuini.com/
Tanpa berlama-lama lagi, nih baca !!
“Jujur, terbuka dan jangan takut ceritakanlah semuanya agar tumbuh
benih perhatian diperjalanan hidup hingga menjadi ujung yang bahagia” Bayu Putra Abuna
Apakah yang sering kalian lakukan saat hujan turun, kali
ini aku akan berbagi sebuah cerita tentang yang dilakukan perempuan dikala
hujan turun.
Dulu lagi marak-maraknya semua temanku memiliki facebook,
salah satu social media untuk mempererat silaturahmi. Saat itu aku pun tak mau
ketinggalan takut dibilang tak mengikuti perkembangan zaman, alhasil aku juga
membuat facebook sama seperti teman-temanku.
Setelah aku mengenal facebook hari-hariku hanya sibuk
dengan status-status berharap semua orang tahu apa yang saat ini sedang aku
kerjakan. Sampai pada suatu hari aku membuka facebook ada pemberitahuan
permintaan pertemanan seorang perempuan yang tak kukenal namun foto profil di
akun facebook-nya itu seorang perempuan berkulit putih dan cantik, tanpa pikir
panjang aku menerima permintaan pertemanannya.
Keesokan harinya saat aku buka facebook lagi, ada tulisan di
berandaku,
“thanks ya udah konfirmasi, salam kenal” ujar Yuna nama facebooknya.
Akupun mengomentari tulisan itu,
“welcome..” tulisku singkat.
Entah berapa lama, facebook ku berbunyi yang menandakan ada orang yang mengirimkan pesan lewat obrolan. Ternyata itu Yuna.
“thanks ya udah konfirmasi, salam kenal” ujar Yuna nama facebooknya.
Akupun mengomentari tulisan itu,
“welcome..” tulisku singkat.
Entah berapa lama, facebook ku berbunyi yang menandakan ada orang yang mengirimkan pesan lewat obrolan. Ternyata itu Yuna.
“thanks ya udah konfirmasi”
langsungku jawab “iya sama-sama”
lama ia tak membalas chat-ku,
“kalau boleh tahu, nama kamu siapa?” Tanyaku memberanikan
diri.
“ya sama seperti di FB-ku lah”
“Ooo gitu, kalau aku Putra salam kenal ya”
Lama kami ngobrol cerita tentang kesibukan, hobi, tempat
tinggal sampai pacar. Tapi saat aku bertanya tentang pacar dia selalu
mengalihkan pembicaran kami dan obrolan kami ditutup dengan pertukaran nomor
Hp.
Setelah pertukaran nomor hp itu kami selalu telepon-teleponan,
sampai akhirnya aku mengajak dia ketemuan di kafe yang dekat dengan rumah dia
nanti sore pukul 5. Awalnya dia tak mau diajak ketemuan, tapi aku selalu
memohon-mohon dan akhirnya aku bisa membuat hatinya luluh dan dia pun mengiakan
pertemuan itu.
Baru pukul 4 sore aku sudah berangkat dari rumah menuju
kafe tempat kami janjian untuk ketemuan, aku takut dia yang lebih dulu datang
soalnya rumah dia dekat dengan kafe itu, selain itu langit sore lagi mendung
takut hujan turun. Setelah beberapa saat aku telah sampai di tempat tujuan dan
jam masih menunjukan pukul 4.30. Artinya masih 30 menit lagi aku menunggu Yuna
dan segera menuju tempat yang masih kosong.
Tak lama aku duduk muncul seorang perempuan berbaju hijau
di depan kafe,
“itu pasti Yuna” gumamku dalam hati seperti katanya waktu ditelepon dia akan memakai baju warna hijau. Aku berdiri dari tempat dudukku.
“itu pasti Yuna” gumamku dalam hati seperti katanya waktu ditelepon dia akan memakai baju warna hijau. Aku berdiri dari tempat dudukku.
“Yuna ya” tanyaku sambil menyodorkan tangan.
“iya, kamu Putra kan?” sambil menyambut sodoran tanganku.
Ternyata Yuna itu orangnya sangat cantik melebihi foto
profil di FB-nya. Sesekali aku menatap wajahnya dan dibalasnya dengan senyum.
Bahagia sekali rasanya aku bisa kenal dengan Yuna.
Setelah kami bicara sana-sini, terdengar suara petir dari
langit dengan kilatannya yang membuat Yuna keget dan terdiam sampai pucat
wajahnya. Aku pikir itu biasa kalau perempuan dengar petir kaget dan terdiam
seperti Yuna saat itu. Tapi setelah hujan turun, Yuna begitu histeris dengan
air mata yang mengalir dari matanya membasahi pipinya dan diiringi dengan
teriakan-teriakan “tolong…tolong” yang keluar dari mulutnya. Aku dan pengunjung
kafe sontak kaget melihat sosok Yuna yang tiba-tiba histeris, aku coba
mendekatinya untuk menenangkannya, tapi aku tak berhasil dia malah tambah
histeris dan menuju ke jalan raya sambil berteriak “tolong…tolong” dengan
tangannya mengepal bajunya. Aku kebingungan apa yang harus aku lakukan, namun
setelah itu hujan berlahan berhenti dan secara ajaibnya Yuna yang sangat
histeris tadi juga perlahan berhenti beriringan dengan berhentinya hujan.
Aku ajak Yuna yang mulai tenang masuk ke kafe. Aku
berikan dia teh hangat untuk menghangatkan kondisinya.
“maaf ya put” katanya sambil menyeduh teh hangat.
“iya, ga papa. Memangnya kamu kenapa yun?” tanyaku perihal
kejadian itu.
“nanti kamu juga tahu” jawabnya minta ditebak.
Aku melihat badan Yuna gemeteran, segera aku lepas
jaket yang aku kenakan dan ku letakkan di tubuh Yuna.
Saat pulang aku berpikir kenapa Yuna sampai histeris
seperti itu. Ah masa bodoh yang jelas aku bahagia bisa mengenal Yuna sosok
perempuan yang aku idam-idamkan. Setelah pertemuan itu kami selalu jalan
berdua, hingga aku pun memutuskan untuk melangkah kejenjang yang lebih tinggi
dari pertemanan yaitu, pacaran.
Ternyata Yuna orangnya ramah, penyanyang, perindu dan
yang paling penting dia orangnya sangat perhatian. Apalagi saat aku
meninggalkannya dalam beberapa hari keluar kota untuk bekerja, dia selalu
bilang,
“jangan lupa makan, istirahat agar tidak sakit dan kita bisa ketemu deh” perintah Yuna sambil tertawa. Aku yang mendengar perkataan Yuna merasa kalau aku begitu berharga buat dia.
“iya sayang…tenang aja ko”
“jangan lupa makan, istirahat agar tidak sakit dan kita bisa ketemu deh” perintah Yuna sambil tertawa. Aku yang mendengar perkataan Yuna merasa kalau aku begitu berharga buat dia.
“iya sayang…tenang aja ko”
Sampai suatu malam aku dan keluargaku mengundang keluarga
Yuna untuk makan malam bersama di rumahku. Saat itu aku dan keluargaku sudah
mempersiapkan kejutan untuk Yuna dan keluarganya.
“tok..tok..” suara pintu diketuk. Aku yang sudah rapi
menuju kearah pintu untuk membukanya.
“selamat malam” sapaku kepada Yuna dan keluarganya. Hanya
dibalas dengan senyuman yang serempak dari Yuna dan keluarganya.
“silakan masuk” ajakku.
Kami langsung
menuju tempat ruang makan yang d isana sudah ada keluargaku.
Sebelum makam, aku berdiri dari tempat dudukku dan
mendekat ke arah Yuna.
“aku merasa kamulah yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi
pasangan hidupku, aku merasa tenang saat ada didekatmu….”
Yuna yang mendengarkan aku bicara hanya senyam-senyum
saja, mungkin dia malu dilihat keluargaku dan keluarganya.
Tanganku mengambil sebuah cincin yang sudah aku
persiapakan di saku celanaku.
“will you marry me?” tanyaku sambil menatap mata Yuna dan
memegang cincin di tangan kananku.
Lama Yuna tak menjawab ajakanku hingga membuat keluargaku
cemas, takut kalau Yuna tak mau.
“i will….” Jawab Yuna sambil tersenyum dan memandang
orang tuanya.
Aku pun segera memasukkan cincin ke jari manisnya dan
memeluk Yuna.
Dalam pelukku Yuna bertanya “kamu selalu ada untukku
setiap waktukan?”
“iya dong, aku janji akan selalu ada waktu untukmu
sayang…” jawabku sambil mencium keningnya.
Keluarga kami pun yang melihat aku melamar Yuna juga ikut senang
melihat kami saling berpelukan.
Setelah itu kami hidup berdua di rumah yang telah aku
persiapkan untuk pernikahan kami. Setiap hari Yuna selalu menyiapkan makanan
untuk aku sebelum berangkat ataupun setelah pulang bekerja. Aku merasa
pilihanku tepat untuk menjadikan Yuna sebagai pendamping hidupku.
Akhirnya setelah setahun dari pernikahan kami, Yuna
dikabarkan telah hamil 2 bulan. Aku merasa tak lama lagi aku akan mempunyai
anak dan menjadi seorang ayah. Sampai umur kehamilan Yuna 8 bulan, aku merasa
uang tabunganku tidak cukup untuk biaya kelahiran anak pertama kami, akhirnya
aku meminta kepada atasanku untuk penambah waktu kerjaku agar aku bisa membayar
biaya persalinan Yuna. Atasanku mengizinkan aku untuk menambah waktu kerja,
tapi dia menugaskanku bekerja di luar kota. Aku pun mengiayakannya.
Aku cerita kepada Yuna, kalau aku minta penambahan waktu
kerja untuk membayar biaya persalinannya nanti, aku takut tabunganku masih
kurang tapi Yuna malah menjawab.
“ga usah deh, kalau kurang nanti aku minta sama orang
tuaku” jawab Yuna.
“aku tak mau menyusahkan orang tua dalam keluarga kita,
aku harus bertanggung jawab sebagai suami aku harus memberikan kebahagian
kepadamu dan anak kita kelak. Aku yakin kalau aku bisa membayar biaya
persalinan kamu meskipun aku harus kerja mati-matian”
“makasih sayang…” lirih Yuna sambil menciumku dengan
senyum.
Aku langsung memberi tahu kepada atasanku bahwa aku
bersedia dikerjakan di luar kota dalam beberapa hari. Atasanku langsung
memerintahkanku untuk besok pergi keluar kota, yaitu Banjarmasin.
Aku pun pamitan kepada Yuna, meskipun dia memperbolehkan
aku bekerja di luar kota tapi aku tahu sebernarnya dia sangat berat dengan
keputusanku.
“secepatnya aku akan kembali dan kita akan melihat anak
pertama kita” kataku berat sambil tersenyum.
Yuna hanya tersenyum dengan air mata yang menghiasi
wajahnya.
“telepon aku ya sayang bila kamu ada apa-apa?”
Lagi-lagi Yuna hanya menganggukan kepalanya sambil
tersenyum.
Setelah sampai di Banjarmasin aku telepon Yuna, ternyata dia
lagi rebahan sambil mengusap-ngusap perutnya. Aku iri kerena saat ini aku tak
bisa melakukan seperti yang dilakukan Yuna.
“jangan lupa makan dan istirahat” lagi-lagi Yuna
mengingatkanku.
“iya sayang tenang aja”
“ya udah aku mau istirahat dulu ya…”
“iya, kabarin kalau ada apa-apa?” sahutku sambil menutup
telepon.
Aku bekerja di Banjarmasin kira-kira seminggu sebelum
kelahiran anak pertamaku. Aku bekerja dari pagi hingga malam, kadang-kadang
sampai pagi lagi. Meskipun lelah aku bekerja tapi semua pekerjaanku terasa
ringan ku lewati sebabku bekerja bukan hanya untuk diriku sendiri melainkan
untuk istri dan anakku.
Di sore hari di tengah-tengah banyaknya tugas kerjaanku,
hujan turun sangat lebat sekali hingga ku teringat pertama kali aku dan Yuna
ketemuan di kefe dekat rumahnya yang membuat aku bernoslagia penuh dengan
senyuman. Namun aku terkejut saat itu Yuna sangat histeris saat hujan turun.
Aku pun langsung menelpon Yuna. Dan ternyata tidak ada jawaban dari Yuna, aku
telepon beberapa kali hingga terdengar suara orang meminta tolong dari ujung telepom, dan aku
kenal suara itu, itu adalah suara Yuna yang sama persis saat kejadian pertama
aku bertemu dengan Yuna. Aku yang mendengar Yuna minta tolong histeris, aku pun
meminta izin kepada atasanku untuk pulang dengan alasan istriku sedang sakit.
Atasanku mengizinkan permintaanku aku pun segera pulang dengan keadaan cemas.
Setelah sampai di rumah ternyata barang-barang sudah berserakan,
aku teriak-teriak memanggil Yuna namun tak ada jawaban, aku cek di kamarnya,
kamar mandi hasilnya tak ada tanda-tanda Yuna. Aku pun ingat saat pertama
ketemuan dengan Yuna , Yuna juga seperti ini, dia juga histeris dan dia lari
ke jalan raya untuk meninta tolong. Aku pun dalam hati berkata Yuna di jalan
raya. Aku lari sekuat tenaga menembus hujan yang lebat, tapi aku masih tak
menemui keberadaan Yuna. Hingga aku melihat di kejauhan orang bergerombol
di tepi jalan. Aku memutuskan mendekati gerombolan orang itu berharap Yuna
ada disitu. Dan aku bertanya kepada salah satu orang yang ada disitu.
“ada apa itu pak?”
“katanya ada perempuan hamil yang ketabrak mobil”
Aku langsung menuju kesana dan berharap itu bukanlah
Yuna, dan betapa terkejutnya aku saat aku melihat perempuan yang tak asing
bagiku tergeletak di pinggir jalan dengan darah yang mengucur di selangkangannya.
“Yunaa…”teriakku sambil menggendongnya berlari ke rumah
sakit terdekat.
Setelah sampai di rumah sakit, suster yang menanganinya
aku pinta untuk semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa istri dan anakku.
Suster itu hanya mengangguk sambil membawa Yuna ke Unit Gawat Darurat (UGD).
Aku hanya bisa berdoa semoga istri dan anakku bisa selamat. Dan aku segera memberi
tahu keluargaku dan keluarga istriku tentang keadaan istriku saat ini.
Setelah sejam kemudian, Suster itu keluar dengan wajah
yang tertunduk lesu mendekatiku.
“maaf pak, kami sudah menangani istri bapak semaksimal
mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain”
“Maksudnya” jawabku minta dijelaskan lagi dengan rasa penasaran.
“istri dan janin yang ada diperut istri bapak tak bisa
kami selamatkan”
Setelah mendengar itu aku pun hanya menangis dan menangis, rasanya dunia ini tak berputar lagi, aku kehilangan perempuan yang sangat aku cintai serta kehilangan anak pertamaku. Orang tuaku hanya bisa menenangkanku setelah mendengar pernyataan Suster. Orang tua Yuna juga ikut sedih mendengar anak sulungnya telah meninggal bersama cucunya.
Saat aku masuk keruangan UGD, aku langsung memeluk
istriku dan mengusap anakku yang ada di dalam perut istriku. Lalu tanpa kusadari
ibu Yuna ada disampingku dan bercerita kepadaku.
"Dulu Yuna itu
mempunyai pacar namanya Buna dan mereka akan menikah, tapi sehari sebelum
pernikahan mereka mengalami kecelakaan saat hujan deras hingga mengakibatkan
calon suaminya meninggal akibat tak ada orang yang menolong Buna dan setelah
kejadian itu Yuna selalu histeris dan pergi ke jalan raya meminta pertolongan
ketika hujan."
Aku selalu bertanya kepada diriku sendiri, kenapa Yuna
tak menceritakan yang diceritakan ibunya kepadaku. Kalau aku tahu Yuna begitu
pasti aku takkan meninggalkannya. Sedetik pun.
Maafkan aku Yuna yang tak bisa menepati janjiku untuk selalu ada setiap waktu untukmu, andaikan Tuhan memberiku kehidupan kedua pasti akan kutepati janjiku untuk selalu ada disampingmu dan kini aku tahu arti anggukan dan senyummu sebelum kepergianku.
TAMAT
Gimana ceritanya? Kalau ada pengalaman kalian tentang hujan komen aja di bawah biar akrab #CIE
Ya udah gue mau nyambung ngerjain tugas Kajian Prosa Fiksi dulu, soalnya tinggal 1 hari lagi tuh tugas udah diserahin buat nilai UTS. Mohon doanya...
Follow @abortusjahilius
keren bang critanya ^^
BalasHapustapi mau koreksi dikit , kalo mau ngelamar bukannya "will you marry me ?" gt ya bang hehe , cuma gt aja.. *tetep ngasih jempol*
Makasih bang.
HapusAstaga, ketinggalan bang you-nya. Sengaja gue bang biar ada yang ngomen #Ngeles
haha ilmu ngeles kreatif yg setingkat sama supir bajaj senior lulusan S1 di fakultas pengelesan bang .. =D
Hapusiya, :)
Hapuskan lo dosennya bang #Jlep
aku punya kisah hujan, tapi udah dbukukan. hehehe
BalasHapuswah ... keren tuh bang :)
HapusPantesan tulisannya keren-keren #TepukKaki
bagus banget bang :')
BalasHapusBagus, bang.. Menyentuh :)
BalasHapusMenyentuh apa bang? :D
Hapuscinta yang berawal dari senyum kebahagiaan Namun berakhir dengan senyum kesedihan. menyentuh banget kisahnya bang.
BalasHapusiya, tau aja lo bang :)
Hapus"pecundang akan menjadi pemenang ketika ia berani mempertontonkan keabsurdannya kepada semua orang"
HapusKeren Bng fahamnya :D
waahh lumayan nih buat ngabuburit baca nih cerepen dulu ahh.
BalasHapussilakan, tapi masih absurd ceritanya :)
Hapuspinter juga lo buat cerpen bay ...
BalasHapussedikit kritikan dari gue, endingnya terlalu umum ..
ada orang bergerombol, dideketin ternyata orang yg kita kenal..
dia udah tewas ..
tapi terus terang, elu sukses ngebuat gue masuk ke dalam cerita elu bay ...
hanya saja pertanyaan gue, selama delapan bulan itu gak pernah ada ujan ya bay ? hehehe
gue tunggu cerpen elu selanjutnya ..
disiplin menulis pokoknya deeh ..
lagi belajar bang..
Hapusoh iya dotz makasih, itu sangat berharga banget sama kayak upil lo. aruskan endingnya ceweknya mati karena nelan upil sendiri :D
bener juga ya, emang kritis lo, itu di skip biar ga kepanjangan, kalau ga di skip namanya bukan cerpen lagi tapi cerjan (cerita ujian) *ngeles
thanks bang energinya
naaah kalo itu bakalan spektakuler bay ..
Hapusgak kan ada yang nyangka endingnya sedramatis itu hahaha
halaah maksa banget ..
kira2 perjalanan dari kota tempat kerja sampe rumah yuna berapa jam yaah ??
bener tuh :)
Hapuspaling cuma sejam dua jam bang, kenapa mau bayarin ongkosnya dotz?
ajib kak keren banget ceritanya :D
BalasHapusalur ceritanya gabisa ditebak wkwkwk :D
tp masih ada tanda baca yg kurang tuh hehe
tp over all udah keren kok :D bagus :)
keren bang cerpennya , kirain gue mau bahas perempuan hujan n kolornya *bercanda :)
BalasHapuscuma ada kejadian2 yg rada absurd tuh ..
keren kakak cerpennya, semangat buat terus nulis!
BalasHapusbang, sedia tissue gak? ...
BalasHapusceritanya subhanallah banget :)
keren bay cerpen lo, gue sampe terbawa sampai kasian ngeliat lo ditokoh itu :(
BalasHapuskeren bay ,co cWeEetT n mNyentUhh bbEEuuUdh *4L4y mode ON
BalasHapusbisa terbawa aku keceritanya...gimana cara buat cerpen bay? pengen juga nih sekali2 bikin...:D
jhiahh,,,sedih bang...kenapa harus berkahir tragis sih,,hummh,happy endng ajah,,si yuna nya mati suri,,,heheheh...:)
BalasHapusGue juga punya cerita tentang hujan. Itu dramatis bgt. Ya fiksi. Kapan2 gue jadiin postingan deh bang. Good luck buat cerpen2 berikutnya ya bang.
BalasHapusmenyentuh bang ceritanya.. :")
BalasHapusajarin bikin cerpen dong...
Crtny bagus :')
BalasHapusAlurnya keren kak :D menyentuh. Gue gak bisa bayangin tuh perasaan Putra. Jadi kebawa cerita. Haru bang T.T
BalasHapus